Sabtu, 28 Agustus 2010

Perlunya saling Mengingatkan


Bukankah Allah telah memberikan petunjuk bagi manusia yang tidak ingin merugi. Salah satu di antaranya adalah untuk saling mengingatkan / menasehati dalam kebenaran. Selama Bulan Ramadhan banyak dari teman-teman yang telah beramal luar biasa. Namun adakalanya seret bukan??. Nah. Itu dia pentingnya saling mengingatkan. Coba diberanikan untuk saling mengecek amalan harian pribadi di antar kita. Insya Allah akan menambah dan sekain mengistiqomahkan semangat kita.....BTW tetep innamal a'malu bi niyat  

Enak untuk Penyemangat .......

Jumat, 20 Agustus 2010

Mengangkat dan Tidak Mengangkat Tangan Ketika Berdo'a


Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullah- pernah ditanyakan, “Bagaimanakah kaedah (dhobith) mengangkat tangan ketika berdo’a?”

Beliau –rahimahullah- menjawab dengan rincian yang amat bagus :

Mengangkat tangan ketika berdo’a ada tiga keadaan :

Pertama, ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan. Kondisi ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat tangan ketika berdo’a. Contohnya adalah ketika berdo’a setelah shalat istisqo’ (shalat minta diturunkannya hujan). Jika seseorang meminta hujan pada khutbah jum’at atau khutbah shalat istisqo’, maka dia hendaknya mengangkat tangan. Juga contoh hal ini adalah mengangkat tangan ketika berdo’a di Bukit Shofa dan Marwah, berdo’a di Arofah, berdo’a ketika melempar Jumroh Al Ula pada hari-hari tasyriq dan juga Jumroh Al Wustho.

Oleh karena itu, ketika menunaikan haji ada enam tempat untuk mengangkat tangan : [1] ketika berada di Shofa, [2] ketika berada di Marwah, [3] ketika berada di Arofah, [4] ketika berada di Muzdalifah setelah shalat shubuh, [5] Di Jumroh Al Ula di hari-hari tasyriq, [6] Di Jumroh Al Wustho di hari-hari tasyriq.

Kondisi semacam ini tidak diragukan lagi bagi seseorang untuk mengangkat tangan ketika itu karena adanya petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini.

Kedua, tidak ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan. Contohnya adalah do’a di dalam shalat dan setelah shalat fardhu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a istiftah : Allahumma ba’id baini wa baina khothoyaya kama ba’adta bainal masyriqi wal maghribi …; juga membaca do’a di antara dua sujud : Robbighfirli; juga berdo’a ketika tasyahud akhir; namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengangkat tangan pada semua kondisi ini. Begitu juga dalam khutbah Jum’at. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a namun beliau tidak mengangkat kedua tangannya kecuali jika meminta hujan (ketika khutbah tersebut).

Barangsiapa mengangkat tangan dalam kondisi-kondisi ini dan semacamnya, maka dia telah terjatuh dalam perkara yang diada-adakan dalam agama (alias bid’ah) dan melakukan semacam ini terlarang.

Ketiga, tidak ada dalil yang menunjukkan mengangkat tangan ataupun tidak. Maka hukum asalnya adalah mengangkat tangan karena ini termasuk adab dalam berdo’a.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesunguhnya Allah Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut menengadahkan tangan kepada-Nya , lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan hampa..”[1]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menceritakan seseorang yang menempuh perjalanan jauh dalam keadaan kusut dan penuh debu, lalu dia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya mengatakan : “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!” Padahal makanannya itu haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dari yang haram. Bagaimana mungkin do’anya bisa dikabulkan?[2]

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan mengangkat kedua tangan sebagai sebab terkabulnya do’a.

Inilah pembagian keadaan dalam mengangkat tangan ketika berdo’a. Namun, ketika keadaan kita mengangkat tangan, apakah setelah memanjatkan do’a diperbolehkan mengusap wajah dengan kedua tangan?

Yang lebih tepat adalah tidak mengusap wajah dengan kedua telapak tangan sehabis berdo’a karena hadits yang menjelaskan hal ini adalah hadits yang lemah (dho’if)[3] yang tidak dapat dijadikan hujjah (dalil). Apabila kita melihat seseorang membasuh wajahnya dengan kedua tangannya setelah selesai berdo’a, maka hendaknya kita jelaskan padanya bahwa yang termasuk petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tidak mengusap wajah setelah selesai berdo’a karena hadits yang menjelaskan hal ini adalah hadits yang lemah (dho’if).

[Liqo’at Al Bab Al Maftuh, Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin, kaset no. 51]

Jumat, 06 Agustus 2010


Islam itu sangat solutif, berbahagialah bila engkau seorang muslim, apalagi seorang muslim itu adalah enterpreuner, kalaulah dia yakin akan jalannya, untuk berjihad di dunia melalui bisnis, tentulah dia memiliki dua ujung mata pedang dalam langkah perjuangannya. (diambil dari http://www.eramuslim.com/hikmah/bisnis-jihad/)

AMALAN BULAN RAMADHAN

DIANTARA AMALAN UNTUK MEMAKMURKAN RAMADHAN

1. Membaca Al Qur’an

Allah Ta’ala berfirman:

ayat116.jpg

Bulan Ramadhan itulah bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan membedakan antra yang hak dan yang bathil. Maka barangsiapa diantara kamu melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al Baqarah:185)

Allah Ta’ala berfirman:

ayat211.jpg

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al Qur’an) dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Al Faathir:29-30)

Membaca Al Qur’an ada dua macam : membaca lafadznya (hurufnya) saja dan membaca hukumnya dengan mengimani serta mengamalkan isinya. Yang kedua inilah tujuan di turunkannya Al Qur’an.

Al Qur’an mengandung berbagai obat dan kesembuhan bagi hati dan anggota tubuh lainnya dari segala penyakit.

Allah Ta’ala berfirman:

ayat32.jpg

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus:57)

Allah Ta’ala juga berfirman:

ayat47.jpg

Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Israa’:82)

Allah Ta’ala juga berfirman:

artinya :“Katakanlah: Al Qur’an itu adalah petunjuka dan penawar (penyembuh) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Fushilat:44)

Barangsiapa yang mempelajari Al Qur’an dan hatinya menyertainya dengan khusyu’, pasti akan mampu memandang kebenaran dan kebatilan, mampu membedakannya seperti ia mampu membedakan antara malam dan siang.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Orang yang terbaik diantara kamu adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, At Tirmidzi dan Abu Dawud)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda pula: “Orang yang membaca Al Qur’an dengan lancar (dan benar tajwidnya) bersama para malaikat yang mulia lagi baik, sedang orang yang membaca Al Qur’an terbata-bata dan berat (kurang lancar), baginya dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda: “Sesungguhnya orang yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al Qur’an) mendapat satu kebaikan dan dilipat gandakan sampai sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi, hasan shahih)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda pula: “Mengapa salah seorang dari kamu tidak pergi ke masjid lalu mempelajari atau membaca dua ayat dari kitab Allah, hal itu lebih baik baginya daripada dua ekor onta, tiga (ayat) lebih baik baginya daripada tiga (ekor onta), empat (ayat) lebih baik baginya daripada (empat ekor) onta dan sejumlah bilangannya (ayat) (lebih) baik dari onta.” (HR. At Tirmidzi, hasan shahih)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda: “Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya pada hari kiamat nanti ia akan datang untuk memberi syafaat kepada para pembacanya (yang mengamalkan)”. (HR. Muslim)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda pula: “Sesungguhnya ada satu surat dalam Al Qur’an yang berisi tiga puluh ayat memberi syafaat (pertolongan) kepada seseorang sehingga diampuni (dosa-dosanya), yaitu surat Tabaarak (Al-Mulk).” (HR.Ahmad dan Ahli Sunnan. hadits hasan)

Dalam membaca Al Qur’an hendaklah kita tidak terburu-buru dan hanya mengejar khatam saja, akan tetapi kita meresapi dan merenungkan isi serta kandungannya. Sebagaimana para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka tidak melampaui sepuluh ayat sebelum paham dan mengamalkannya. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “Membaca satu surat dengan tartil (dengan penghayatan dan tadabbur) lebih aku suaki dari pada membaca Al Qur’an seluruhnya (dengan cepat tanpa penghayatan dan tadabur).”

Allah Ta’ala berfirman:

artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS.Muhammad:24)

Khabbab radhiallahu ‘anhu berkata: “Bertaqarrublah kepada Allah semampumu! Ketahuilah sesuatu yang paling disukai oleh Allah untuk bertaqarrub kepada-Nya adalah kalam-Nya (membaca Al Qur’an).”

Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu berkata: “Andaikan hatimu itu bersih, pasti tidak akan pernah keying dari kalam Rabb-mu (ingin selalu membaca Al Qur’an).”

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa ingin mengetahui bahwa ia cinta kepada Allah, maka hendaklah mengukur dirinya dengan Al Qur’an. Jika ia cinta kepada Al Qur’an, berarti cinta kepada Allah, karena Al Qur’an adalah kalam Allah.”

2. Memelihara Shalat Sunnah Rawatib

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Tiadalah seorang hamba muslim yang shalat karena Allah setiap hari dua belah raka’at, (shalat) thathawwu’ (sunnah) bukan fardhu, melainkan Allah membangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)

3. Mengerjakan Shalat Dhuha

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Shalat Dhuha adalah Shalatul Awwaabiin (shalatnya orang-orang yang selalu kembali kepada Allah).” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, hadits shahih)

4. Berdzikir Setelah Shalat Subuh Sampai Matahari Terbit lalu Shalat Dua Rakaat

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa shalat subuh berjama’ah kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit kemudian shalat dua raka’at, hal itu baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna. (HR. At Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihl Jami no. 6346)

5. Memperbanyak Berdzikir

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa mengucapkan

ayat55.jpg

(Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pula segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) Dalam sehari seratus kali, niscaya ucapannya itu menyamai pahala membebaskan sepuluh budak. Juga, ditulis baginya seratus kebaikan dan dihapus darinya seratus kejelekan. Juga, dalam sehari itu dia dijaga dari setan sampai sore harinya. Tidak ada seorang pun yang mengamalkan sesuatu yang lebih baik darinya selain seseorang yang mengucapkan lebih banyak darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jabir Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa mengucapkan

ayat66.jpg

(Mahasuci Allah dengan segala pujian bagi-Nya) niscaya ditanamkan baginya sebatang pohon kurma di surga.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al Hakim, hadits shahih)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda: “Barangsiapa mengucapkan

ayat66.jpg

dalam sehari seratus kali, niscaya dihapus kesalahannya walau sebanyak buih (busa) di lautan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda pula: “Ada dua kalimat yang tingan di lisan, berat dalam timbangan dan mendatangkan cinta Ar Rahman

ayat75.jpg

(Mahasuci Allah dengan segala pujian baginya, Mahasuci Allah yang Mahaagung).” (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Memperbanyak Istighfar

Allah memuji orang yang melakukannya:

artinya: “Dan orang-orang yang selalu beristighfar pada waktu sahur (penghhujung malam).” (QS. Ali Imran:17)

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata: “Dalam satu majelis kami menghitung Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebanyak seratus kali mengucapkan

ayat83.jpg

(Wahai Rabb, ampuni dan terimalah taubat hamba, sesungguhnya Engkau adalah Maha Menerima taubat dan Maha Pengampun).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah. Hadits shahih)

8. Bershalawat dan Salam Kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

Allah Ta’ala berfirman:

ayat92.jpg

Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab:56)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, At Tirmidzi, Abu Dawud dan an Nasa’i)

9. Bersedekah

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Shadaqatus Sirr (sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi) memadamkan kemarahan Rabb.” (HR. Al Baihaqi, dan dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’ 1453)

Dan masih banyak lagi amal kebaikan lainnya, semoga Allah mempermudah kita untuk mengamalkannya, Amien.

Maraji’: Kitab Fiqih Ramadhan, oleh Ustadz Abdullah Sholeh Al Hadromi, penerbit Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khatimah, Malang

Senin, 02 Agustus 2010

PERPUSTAKAAN RAMADHAN


Bagi saudara-saudara yang mendatangkan pahala amal jariyah
silakan bergabung bersama kami, Pan Ram Masjid Baiturrahim
Gondanglutung dalam kegiatan Perpustakaan Ramadhan.
Anda dapat berpartispasi dengan cara meminjamkan beberapa
buku umum ataupun agama dan insya Allah akan kami jemput.
Mohon konfirmasi ke no. kami 081390 840 779 (DAVIT ENDRA)

Satu buah buku, bisa menjadi pijakan ke syurga....